Selasa, 20 Juli 2010

DNA dan Kriminalitas

Penetapan profil DNA [DNA prifiling], kadang-kadang disebut penetapan sidik jari DNA [DNA fingerprinting], merupakan salah satu teknik baru yang paling ampuh dalam ilmu forensik. Berikut ini cara kerjanya. Sedikit DNA diperoleh dari sumber yang berkaitan dengan kejahatan, misalnya mani, darah, atau akar rambut, yang barangkali menyangkut perkosaan, pembunuhan, atau kekerasan lain. DNA dimurnikan, dipotong dengan enzim retriksi yang telah ditentukan, dan diurutkan. Gen fungsional – yang menyandikan enzim, hormon, dan peptida lain yang umumnya terdapat pada semua manusia – tidak beragam dari satu manusia ke manusia lain. Tetapi gen ini hanya sekitar 5% dari DNA manusia. DNA sisanya sangat beragam dari satu orang ke orang lain, dan pada kenyataannya [kecuali pada kembar identik] menjadi ciri seseorang. DNA dalam gen ini dapat menjadi identitas seseorang. Selain itu, keuntungan besar lain ialah bahwa metode ini hanya membutuhkan sampel DNA yang sangat sedikit, hanya beberapa mikrogram saja.

Ada dua kegunaan utama dari penetapan profil DNA dalam kaitannya dengan kejahatan. Pertama, membandingkan profil tersangka dengan sampel dari tempat kejadian perkara. Beberapa tahun lalu, ketika teknik DNA ini baru mulai diterapkan, cara pembandingan pasangan ini telah membebaskan salah satu dari dua tersangka dan menghukum tersangka lainnya.

Akan tetapi, penetapan profil DNA juga berpotensi digunakan dalam penyelidikan kejahatan, lewat pengumpulan basis-data [data-base] seperti yang selama ini dilakukan pada sidik jari. Jika kasus data ini telah selesai, penelusuran basis data akan dapat menjawab pertanyaan seperti: apakah tersangka dalam kejahatan ini cocok dengan tersangka pada kejahatan terdahulu? Apakah ada kecocokan dengan orang yang telah ada dalam berkas?

Penggunaan penetapan profil DNA dalam ilmu forensik tidak terbatas pada manusia saja. Dalam kasus pembunuhan baru-baru ini, metode ini diterapkan pada bulu seekor kucing yang bernama Snowball. Bulu Snowball ditemukan pada jaket yang mengaitkan pemiliknya dengan korban, dan akhirnya vonis jatuh pada pemilik kucing.

Meskipun potensi penetapan profil DNA sangat besar, bukan berarti tidak ada masalahnya; contonhnya sebuah kasus pembunuhan di New York yang disidangkan pada tahun 1989. sama seperti metode analitis lainnya, analisis DNA harus dikerjakan dengan cermat dan dengan kontrol yang benar; kalau tidak, sangat mungkin terjadi galat [eror] terutama karena pergeseran pita, yaitu bila satu ;ajur dalam tahap elektroforesis gel berjalan lebih cepat atau lebih lambat daripada lainnya. Ketika membandingkan pola dari dua sampel DNA, sangatlah penting untuk menunjukkan bahwa pita-pitanya cocok supaya dapat disimpulkan bahwa sampelnya berasal dari orang yang sama. Jika pekerjaan ini dikerjakan dengan benar dan kecocokan telah diperoleh, maka kesalahannya mungkin hanya satu dari seratus juta. Namun demikian, dalam semangat untuk menerapkan metode ini, beberapa instansi ternyata kurang cermat mengenai pengontrolan, dan hasil dari kasus New York ini ialah bahwa metode tersebut mungkin ”ditangguhkan” selam beberapa tahun, akan tetapi, mudahn-mudahan beberapa petunjuk segera diterbitkan oleh instansi ndependen [misalnya oleh National Academy of Science untuk negara Amerika Serikat] agar pabrik penetapan profil DNA dijalankan dengan benar. Bila hal ini telah tercapai, metode ini akan sangat menguntungkan dalam pemecahan kasus kejahatan.


Hart Harold. 2003. Kimia Organik; Suatu Kuliah Singkat edisi ke-XI. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar,,