Selasa, 05 April 2011

Metabolisme, Absorpsi dan Ekskresi zink

Absorpsi, Metabolisme, dan Ekskresi Zink
Seperti halya besi, zink diabsorpsi relatif sedikit. Dari konsumsi zink 4-14 mg/hari, hanya 10-40 %-nya yang diabsorpsi. Absorpsi menurun dengan adanya agen pengikat atau kelat sehingga mineral tersebut tidak terserap. Zink berikatan dengan ligan yang mengandung sulfur, nitrogen atau oksigen. Zink membentuk kompleks dengan fosfat (PO4), klorida (Cl-) dan karbonat (HCO3). Buffer N-2-hydroxyethyl-pysera-zine-N′-2-ethanesulfonic acid (HEPES) berefek kecil terhadap ikatan zink dengan ligan tersebut. Zink dapat berikatan dengan ligan tersebut dan diekskresikan melalui feces. Orang yang menderita geophagic dan/atau yang mengkonsumsi makanan tinggi fitat (khususnya produk sereal) berresiko defisiensi zink. Oberleas (1993) diacu dalam Berdanier (1998) telah memperhitungkan bahwa diet dengan rasio fitat dan zink lebih besar daripada 10, menyebabkan defisiensi zink, tanpa memperhatikan jumlah total zink dalam diet tersebut.
Pada sistem pencernaan, mineral dicerna di usus halus. Sulliva RJ (2004) menjabarkan usus halus terdiri dari empat lapisan, yaitu mukosa, sub-mukosa, muskularis, dan serosa atau adventitia yang ditunjukkan gambar 1


Gambar 1. Ilustrasi lapisan usus; dinding usus halus terdiri dari empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muskularis (lapisan otot eksternal), dan serosa.
Tak seperti besi, zink hanya membentuk satu valensi, yaitu Zn2+. Manusia normal dengan berat badan 70 kg menyerap 1-2 mg/hari baik dengan cara penuh maupun tak penuh. Penyerapan dilakukan dengan difusi pasif dan pengikatan zink dengan protein metalotionein dan/atau protein intestinal kaya sistein. Penelitian terhadap mekanisme absorpsi zink oleh enterosit menunjukkan bahwa pengambilan zink secara cepat diakibatkan oleh ikatan ekstraselular zink diikuti dengan internalisasi ligan zink yang dimediasi oleh molekul tak dikenal yang ada. Setelah memasuki enterosit, zink berikatan dengan cysteine-rich intestinal protein (CRIP) yang tadinya berikatan dengan metalotionein, kemudian melewati sisi enterosit serosal, diikat oleh albumin dan dibawa untuk digunakan. Gambar 2 menunjukkan sistem pengambilan zink.

Gambar 2. Penyerapan zink di usus. Difusi pasif ditunjukkan pada bagian bawah diagram sedangkan transport yang dimediasi oleh metalotionein I (MTI), cysteine-rich protein (CRIP), dan nonspecific binding proteins (NSBP) ditunjukkan pada bagian atas diagram.
Vitamin D mempertinggi pengambilan zink, dimungkinkan karena efek sintesis metalotionein. Dari enterosit, zink ditransfer ke plasma sekitar 77% berikatan lemah dengan albumin, sekitar 20 % berikatan kuat dengan α-2-makroglobulin dan 2-8 % dengan ultrafilter. Dengan ultrafilter, sekitar 0,5-0,8 mg/hari, zink diekskresikan melalui urin atau melalui feses. Hati merupakan tempat utama pengambilan Zn2+ setelah diserap di usus, baik pengambilan secara cepat (t1/2 = 20 s) maupun pengambilan secara lebih lambat (t linear).

Reference
Berdanier CD. 1998. Advanced Nutrition Micronutrients. USA: CRC Press LLC.
Oberleas, D. 1993. Understanding zinc deficiency, J. Texas State Nutr. Counc., 3:3-6.
Sulliva RJ. 2004. Digestion and Nutrition. USA : Infobase Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar,,